Senin, 31 Januari 2011
AMAL YANG TIDAK AKAN PUTUS
Pertama: shadaqah jariyah.
Para ulama
menafsirkannya dengan
wakaf untuk kebaikan,
seperti mewakafkan tanah,
masjid, madrasah, rumah
hunian, kebun, mushaf,
buku yang berguna,
sumber-sumber air minum
dan lain sebagainya. Ini
merupakan dalil
disyariatkannya
mewakafkan barang yang
bermanfaat dan perintah
untuk melakukannya,
bahkan itu termasuk
amalan yang paling mulia
yang dilakukan seseorang
untuk kemuliaan dirinya di
akhirat.
Kedua: ilmu yang
bermanfaat. Ini mungkin
dilakukan dengan cara
mengajarkan ilmu kepada
manusia perkara-perkara
agama mereka. Ini khusus
bagi para ulama yang
menyebarkan ilmu dengan
cara mengajar, mengarang
dan menuliskannya.
Namun, orang awam juga
bisa ikut andil disini
misalnya dengan cara ikut
serta mencetak kitab-kitab
yang bermanfaat atau
membelinya lalu
menyebarkannya atau pun
mewakafkannya.
Disini jelas ada anjuran
untuk mempelajari ilmu
dan mengajarkannya,
menyiarkan dan
menyebarluaskan kitab-
kitabnya agar bisa
bermanfaat sebelum dan
sesudah kematian
seseorang. Manfaat ilmu
akan tetap ada selama di
permukaan bumi ini masih
ada seorang muslim yang
sampai kepadanya ilmu
tersebut. Berapa banyak
ulama yang meninggal
semenjak ribuan tahun
yang lalu tetapi ilmunya
masih ada dan
dimanfaatkan melalui
kitab-kitab yang telah
disusunnya, lalu dipakai
dari generasi ke generasi
sesudahnya dengan
perantara para muridnya
kemudian para pencari
ilmu setelah mereka.
Setiap kali kaum muslimin
menyebutkan namanya,
mereka selalu mendoakan
kebaikan dan rahmat
untuknya. Dan setiap ada
‘generasi’ yang mendapat
petunjuk berkat jasa
seorang alim, maka dia
mendapatkan seperti
pahala orang yang
mengikutinya sampai hari
kiamat. Inilah salah satu
fadhilah yang diberikan
Allah kepada hamba-Nya.
Ketiga: anak yang shalih,
baik laki-laki maupun
perempuan, anak kandung
maupun cucu, doa baiknya
buat dua orang tuanya
akan memberikan manfaat
bagi mereka, bahkan
demikian juga doa yang
diucapkan oleh orang yang
mendapatkan kebaikan
dari anak tersebut.
Seringkali seseorang
mendoakan orang yang
berbuat baik kepadanya
dengan mengatakan:
“ Semoga Allah merahmati
orang tuamu dan
mengampuni mereka”.
Poin ketiga ini juga
menunjukkan anjuran
untuk menikah, dengan
tujuan untuk mendapatkan
anak yang shalih, dan
melarang membenci
banyaknya anak. Sebagian
manusia kadang
terpengaruh dengan
propaganda-propaganda
sesat sampai dia membenci
banyaknya anak dan
berusaha untuk membatasi
kelahiran atau bahkan
mengajak orang lain
melakukan hal yang sama.
Ini disebabkan kebodohan
mereka terhadap ilmu
agama dan lemahnya
pengetahuan mereka
tentang hasil yang akan
didapatkan nanti, serta
disebabkan karena
lemahnya iman. Dalam
hadits riwayat Muslim tadi
juga terdapat anjuran
untuk mendidik anak agar
menjadi orang shalih,
membesarkan mereka di
dalam ajaran Islam dan
keshalihan sehingga
mereka menjadi generasi
yang berbakti kepada
orang tuanya baik selama
mereka masih hidup
maupun setelah meninggal.
Sekarang banyak sekali
orang yang melalaikan
permasalahan tersebut,
tidak memperhatikan
pendidikan anak-anaknya,
dan tidak berusaha untuk
memperbaikinya. Ketika
anak-anaknya melakukan
larangan dan
meninggalkan kewajiban,
dia tidak memberikan
teguran. Saat melihat
anak-anaknya bermain di
jalanan, bergaul dengan
teman-teman nakal, atau
pergi ke tempat-tempat
yang ‘rusak’, sama sekali
tak membuatnya gusar.
Padahal kalau anaknya
merusak salah satu benda
yang dimilikinya, dia pasti
akan menjadi lelaki tegas
dan pahlawan pembela,
membela harta dunianya
namun sama sekali tak
membela agama anaknya.
Perhatiannya hanya untuk
perbaikan harta dan tidak
ada perhatian untuk
kebaikan anak-anak dalam
hidupnya, bagaimana
setelah matinya nanti?
Selain itu, hadits di atas
juga menunjukkan bahwa
anak disyariatkan untuk
mendoakan orang tuanya
bersamaan dengan doa
untuk dirinya di dalam
maupun di luar shalat. Dan
ini merupakan salah satu
bentuk bakti anak kepada
orang tuanya yang akan
terus ada setelah mereka
meninggal dunia. Masalah-
masalah pada poin yang
ketiga inilah yang
dimaksud di dalam firman
Allah SWT:
“Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-
orang mati dan Kami
menuliskan apa yang
telah mereka kerjakan
dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan ” (QS
Yaasiin : 12)
.
”Apa yang telah mereka
kerjakan…” maksudnya
adalah apa yang mereka
lakukan secara langsung
dalam hidupnya berupa
amal-amal yang baik
maupun yang buruk.
Sedangkan “bekas-bekas
yang mereka tinggalkan”,
maksudnya adalah amal
baik maupun buruk yang
terus terwujud setelah
kematiannya.Ibnu Majah
meriwayatkan:
“ Sesungguhnya amal
kebaikan yang akan sampai
kepada mayit setelah
meninggalnya adalah: ilmu
yang dia sebarkan, anak
shalih yang dia tinggalkan,
mushaf yang dia wariskan,
masjid yang dia dirikan,
rumah yang dipakai para
musafir yang telah dia
bangun, sungai yang dia
alirkan, atau sedekah yang
dia keluarkan dari
hartanya pada saat dia
masih hidup dan sehat,
semua akan sampai
kepadanya setelah dia
meninggal. ”
Maka berusahalah –
semoga Allah
merahmatimu – untuk
mengerahkan semua sebab
dan melakukan amal yang
bermanfaat yang akan
terus ada manfaatnya dan
mengalir pahalanya
setelah wafatmu, Allah
SWT berfirman:
“Harta dan anak-anak
shaleh adalah perhiasan
dunia tetapi amalan-
amalan yang kekal lagi
shaleh adalah lebih baik
pahalanya di sisi
Tuhanmu serta lebih baik
untuk menjadi harapan”.
(QS Al Kahfi : 46)
Semoga Allah memberikan
shalawat dan salam
kepada Muhammad,
keluarga dan shahabatnya.
Wallahu a ’lam…
- Ditulis oleh: Ahmad Alim
Hasibuan, Mahasiswa
Fakultas Syari ’ah & Qanun
jurusan Syari’ah Islamiyah,
Al-Azhar
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
b,i,a