Senin, 21 Februari 2011

METODE MENCARI ILMU

1. Tiga perangkat alat untuk mencari ilmu. Allah Ta'aala telah memberikan kepada manusia tiga perangkat untuk dapat mengenal Robb-nya, yaitu : pendengaran, penglihatan dan hati. Allah berfirman : Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. [An Nahl 78] Maka siapa yang menyia- nyiakan tetaplah baginya Jahannam, seperti firman- Nya : Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan- nya untuk melihat (tanda- tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagaimana binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. [Al A'raaf, 179] 2. Metode Tholabul ilmi Syar'i a. Pada masa salaf Berkata Ibnu Sirin : Inna hadzaal 'ilma diinun fanzhuruu 'amman ta'khudzuuna diinikum Sesungguhnya ilmu itu adalah dien, maka lihatlah kepada siapa kamu mengambil ilmumu. [Muqodimah Shohih Muslim I/15] Para salaf tidak menuntut ilmu kecuali kepada ahlinya, yaitu para ulama' yang tsiqqoh (terpercaya) dan termasyhur kedalaman ilmunya, sehingga mereka mengadakan rihlah dalam tholabul-ilmi sampai ke negeri-negeri yang jauh. Ibnu Abbas radliyallaahu 'anhu berkata, "Dulu kami jika mendengar seseorang berkata "Rosulullah bersabda begini" kami cepat-cepat memperhatikan dan mendengarnyanya . Akan tetapi setelah terjadi kesulitan pada mausia dan mereka mempermudah urusan (terjadinya fitnah), kami tidak mengambil dari mereka kecuali orang-orang yang kami ketahui (ke-tsiqoh- annya)." Khotib Al-Baghdadiy berkata : Artinya : Jika seseorang hendak belajar hanya kepada beberapa ulama' saja, maka hendaklah ia memilih para ulama' yang sudah masyhur ketekunan (kejelian) dan ilmunya. [Adab Tholibul Hadist, Khotib al Baghdadi, 12] Ibrohim (An-Nakhoiy) berkata : Artinya : Mereka (para salaf) jika mendatangi para 'alim untuk mengambil ilmu darinya melihat kepada sifat-sifatnya, sholatnya dan keadaannya, baru kemudian mengambil ilmu darinya. [Ibid] b. Pada masa kini Kaidah-kaidah di dalam mencari ilmu pada masa salaf juga berlaku pada masa kini namun sedikitnya Ulama pada masa kini terutama yang sampai derajat mujtahid menjadilan sulitnya Tholibul ilmi untuk bisa ber-mulazamah kepada mereka seperti yang pernah dilakukan salaful ummah. Rosulullah Shallallaahu 'Alaihi Wa sallam bersabda : Sesungguhnya diantara tanda dekatnnya hari Qiyamat adalah sedikitnya ilmu dan tersebarnya kebodohan. (HR. Al-Bukhori) Sesunguhnya Allah Azza wa Jalla tidak mengangkat ilmu dengan seketika dari manusia tetapi dengan mematikan Ulama, sampai apabila tidak tinggal seorang 'alim pun, manusia akan mengangkat para pemimpin yang bodoh yang ketika ditanya ia akan berfatwa tanpa ilmu, maka ia sesat dan menyesatkan mereka itu. (HR. Bukhori dan Muslim). Adapun bagi Tholibul ilmy syar'i, cara terbaik dalam mempelajari ilmu dien adalah sebagaimana Syeikh Utsaimin berkata: [Fatawa 'Utsaimin III]: Hendaklah Tholibul ilmi memulai dengan : 1. Kitabullah beserta tafsirnya (seperti tafsir Ibnu katsir) 2. Sunnah Rosulullah yang shohih (seperti Shohih Bukhori. Muslim dan Sunan Arba'ah) beserta Syarhnya (seperti Fathul Bary dan Nailul Authar) 3. Kitab-kitab Fiqh (seperti al- Majmu' karangan Imam Nawawiy, al Mughny karangan Ibnu Qudamah) 4. Kitab-kitab para Ulama yang memilki otoritas keilmuan yang tinggi, seperti Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qoyim 5. Kitab-kitab Ma'ashir karangan para Ulama yang merujuk pada Ulama Salaf.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

b,i,a